Kompetisi pakan-pangan adalah masalah yang semakin mendapat perhatian dalam akuakultur. Pada dasarnya, ini adalah praktik di mana sumber day...

Kompetisi Pakan-Pangan dalam Akuakultur Global: Tren Terkini dan Prospek

Kompetisi pakan-pangan adalah masalah yang semakin mendapat perhatian dalam akuakultur. Pada dasarnya, ini adalah praktik di mana sumber daya yang seharusnya digunakan untuk konsumsi manusia dialihkan untuk pakan hewan. Artikel ini mengupas lebih dalam kompetisi pakan-pangan dalam akuakultur, menggunakan tingkat trofik alami (trophic level - TL) dan rasio konversi protein yang dapat dimakan manusia (human-edible protein conversion ratio - HePCR) spesifik per spesies.

Dengan hampir 90 persen stok ikan liar telah sepenuhnya dieksploitasi, dieksploitasi secara berlebihan, atau habis, pemberian pakan ikan liar ke ikan budidaya merupakan tindakan yang tidak berkelanjutan. Industri akuakultur sedang mencari alternatif. Foto oleh Mark Conlin/Foto Stok Alamy

Paradigma Masa Depan

Dalam sistem pangan masa depan, akuakultur akan memainkan peran penting dalam sistem pangan sirkular. Konsep ini menekankan bahwa hewan ternak, termasuk spesies akuakultur, seharusnya tidak mengonsumsi biomassa yang dapat dimakan manusia. Sebaliknya, mereka akan mengonversi produk sampingan dari tanaman, ternak, dan perikanan yang tidak dapat dimakan manusia menjadi biomassa yang dapat dimakan. Selain itu, mereka juga akan mengonversi limbah makanan nabati dan sumber daya rumput menjadi makanan yang berharga.


Fish in Fish Out (FIFO)

Rasio Fish in Fish Out (FIFO) adalah indikator efisiensi pakan dalam akuakultur, menunjukkan berapa banyak ikan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit ikan akuakultur. Saat ini, rasio FIFO global telah menurun menjadi sekitar 0,3, berkat penggunaan sumber protein nabati seperti konsentrat protein kedelai sebagai pengganti tepung ikan. Meskipun demikian, bahan pengganti ini tetap memicu kompetisi pakan-pangan karena mereka bisa dikonsumsi langsung oleh manusia.


Human-edible Protein Conversion Ratio (HePCR)

Penelitian ini menggunakan HePCR untuk mengevaluasi kompetisi pakan-pangan dalam akuakultur. HePCR mengukur rasio protein yang dapat dimakan manusia dalam pakan (input) terhadap protein yang dapat dimakan manusia dalam produk hewan (output). Fokus penelitian ini adalah pada status dan tren produksi akuakultur berdasarkan TL dan HePCR yang dihitung dari sistem akuakultur intensif saat ini.


Metode

Penelitian ini mengumpulkan data produksi dan ekonomi di tingkat global dan kontinental dari Fishstat. Sebanyak 50 spesies akuakultur dengan produksi tertinggi (berat basah) dipilih untuk dianalisis. Data produksi dari spesies-spesies ini kemudian dikategorikan berdasarkan rentang TL untuk mengukur kontribusi relatif setiap TL terhadap produksi akuakultur global.

Ikhtisar tingkat trofik alami spesies akuakultur utama. 4–5: salmon atlantik, 3–4: ikan mas, 2–3: remis, ikan nila, udang putih, 1: rumput laut | Overview of natural trophic levels of key aquaculture species. 4–5: Atlantic salmon, 3–4: common carp, 2–3: mussels, Nile tilapia, whiteleg shrimp, 1: Seaweeds.

Hasil

Produksi akuakultur global meningkat 50% dalam volume, dengan Asia sebagai pemimpin yang menguasai 90% sektor ini, diikuti oleh Amerika (4%), Eropa (3%), Afrika (2%), dan Oseania (0,2%). Afrika menunjukkan pertumbuhan tertinggi dalam dekade terakhir, dengan peningkatan lebih dari 130%, jauh melampaui China.

Spesies dengan TL 2-3 menyumbang produksi terbesar, menghasilkan 59% berat basah dan 60% protein yang dapat dimakan, didominasi oleh ikan air tawar dan moluska.

Produksi akuakultur global pada tahun 2019 per tingkat trofik (TL) dinyatakan dalam (a) berat basah atau (b) protein yang dapat dimakan | Global aquaculture production in 2019 per trophic level (TL) expressed as (a) wet weight or (b) edible protein.


Bahan protein yang dapat dimakan manusia sebagai persentase dari total protein pakan untuk spesies yang dipilih. (a) Skenario 1 (tepung ikan dan tepung kacang kedelai merupakan bahan yang tidak bersaing dengan makanan) dan (b) Skenario 2 (tepung ikan dan tepung kacang kedelai merupakan bahan yang bersaing dengan makanan) | Human-edible protein ingredients as percentage of the total protein of the diets for the selected species. (a) Scenario 1 (fish meal and soya bean meal are non-food-competing ingredients) and (b) Scenario 2 (fish meal and soya bean meal are food-competing ingredients).


Diskusi dan Kesimpulan

Studi ini menyoroti pentingnya menghindari kompetisi pakan-pangan dalam akuakultur. Dengan menggunakan TL sebagai dasar, penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan alami hewan untuk mengonversi produk sampingan menjadi makanan memainkan peran penting dalam sistem pangan sirkular. Spesies seperti salmon Atlantik, yang berada di TL tinggi, menunjukkan peningkatan produksi terbesar di Eropa dan Amerika, meskipun mereka membutuhkan lebih banyak protein daripada yang dihasilkan (HePCR > 1).


Rekomendasi

Untuk mengurangi kompetisi pakan-pangan, fokus harus diberikan pada efisiensi pakan melalui metrik seperti Rasio Konversi Pakan (FCR) dan HePCR. Penggunaan produk sampingan dan pengembangan sumber protein baru seperti serangga, alga, dan ragi juga penting untuk menggantikan bahan yang saat ini berkompetisi dengan makanan manusia. Pemerintah dapat mendukung upaya ini dengan menetapkan target atau pajak pada bahan pakan yang dapat dimakan manusia.


Penutup

Akuakultur memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada ketahanan pangan global dan mengurangi dampak lingkungan dari produksi makanan berbasis hewan. Fokus pada efisiensi pakan dan minimalisasi kompetisi pakan-pangan adalah kunci untuk memastikan kontribusi bersih akuakultur terhadap ketahanan pangan.


____

Artikel ini adalah versi ringkas yang disusun oleh tim editorial Kajian Perikanan berdasarkan artikel asli berjudul "Feed-Food Competition in Global Aquaculture: Current Trends and Prospects" karya Van Riel, A.; Nederlof, M.; Chary, K.; Wiegertjes, G.; dan De Boer, I. dari Wageningen University & Research, Belanda. Artikel lengkap, termasuk tabel dan gambar, diterbitkan pada Juni 2023 di Reviews in Aquaculture dan dapat diakses melalui DOI: 10.1111/raq.12804.

0 comments: