Kompetisi pakan-pangan adalah masalah yang semakin mendapat perhatian dalam akuakultur. Pada dasarnya, ini adalah praktik di mana sumber daya yang seharusnya digunakan untuk konsumsi manusia dialihkan untuk pakan hewan. Artikel ini mengupas lebih dalam kompetisi pakan-pangan dalam akuakultur, menggunakan tingkat trofik alami (trophic level - TL) dan rasio konversi protein yang dapat dimakan manusia (human-edible protein conversion ratio - HePCR) spesifik per spesies.
Paradigma Masa Depan
Dalam sistem pangan masa depan, akuakultur akan memainkan peran penting dalam sistem pangan sirkular. Konsep ini menekankan bahwa hewan ternak, termasuk spesies akuakultur, seharusnya tidak mengonsumsi biomassa yang dapat dimakan manusia. Sebaliknya, mereka akan mengonversi produk sampingan dari tanaman, ternak, dan perikanan yang tidak dapat dimakan manusia menjadi biomassa yang dapat dimakan. Selain itu, mereka juga akan mengonversi limbah makanan nabati dan sumber daya rumput menjadi makanan yang berharga.
Fish in Fish Out (FIFO)
Rasio Fish in Fish Out (FIFO) adalah indikator efisiensi pakan dalam akuakultur, menunjukkan berapa banyak ikan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit ikan akuakultur. Saat ini, rasio FIFO global telah menurun menjadi sekitar 0,3, berkat penggunaan sumber protein nabati seperti konsentrat protein kedelai sebagai pengganti tepung ikan. Meskipun demikian, bahan pengganti ini tetap memicu kompetisi pakan-pangan karena mereka bisa dikonsumsi langsung oleh manusia.
Human-edible Protein Conversion Ratio (HePCR)
Penelitian ini menggunakan HePCR untuk mengevaluasi kompetisi pakan-pangan dalam akuakultur. HePCR mengukur rasio protein yang dapat dimakan manusia dalam pakan (input) terhadap protein yang dapat dimakan manusia dalam produk hewan (output). Fokus penelitian ini adalah pada status dan tren produksi akuakultur berdasarkan TL dan HePCR yang dihitung dari sistem akuakultur intensif saat ini.
Metode
Penelitian ini mengumpulkan data produksi dan ekonomi di tingkat global dan kontinental dari Fishstat. Sebanyak 50 spesies akuakultur dengan produksi tertinggi (berat basah) dipilih untuk dianalisis. Data produksi dari spesies-spesies ini kemudian dikategorikan berdasarkan rentang TL untuk mengukur kontribusi relatif setiap TL terhadap produksi akuakultur global.
Hasil
Produksi akuakultur global meningkat 50% dalam volume, dengan Asia sebagai pemimpin yang menguasai 90% sektor ini, diikuti oleh Amerika (4%), Eropa (3%), Afrika (2%), dan Oseania (0,2%). Afrika menunjukkan pertumbuhan tertinggi dalam dekade terakhir, dengan peningkatan lebih dari 130%, jauh melampaui China.
Spesies dengan TL 2-3 menyumbang produksi terbesar, menghasilkan 59% berat basah dan 60% protein yang dapat dimakan, didominasi oleh ikan air tawar dan moluska.
Diskusi dan Kesimpulan
Studi ini menyoroti pentingnya menghindari kompetisi pakan-pangan dalam akuakultur. Dengan menggunakan TL sebagai dasar, penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan alami hewan untuk mengonversi produk sampingan menjadi makanan memainkan peran penting dalam sistem pangan sirkular. Spesies seperti salmon Atlantik, yang berada di TL tinggi, menunjukkan peningkatan produksi terbesar di Eropa dan Amerika, meskipun mereka membutuhkan lebih banyak protein daripada yang dihasilkan (HePCR > 1).
Rekomendasi
Untuk mengurangi kompetisi pakan-pangan, fokus harus diberikan pada efisiensi pakan melalui metrik seperti Rasio Konversi Pakan (FCR) dan HePCR. Penggunaan produk sampingan dan pengembangan sumber protein baru seperti serangga, alga, dan ragi juga penting untuk menggantikan bahan yang saat ini berkompetisi dengan makanan manusia. Pemerintah dapat mendukung upaya ini dengan menetapkan target atau pajak pada bahan pakan yang dapat dimakan manusia.
Penutup
Akuakultur memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada ketahanan pangan global dan mengurangi dampak lingkungan dari produksi makanan berbasis hewan. Fokus pada efisiensi pakan dan minimalisasi kompetisi pakan-pangan adalah kunci untuk memastikan kontribusi bersih akuakultur terhadap ketahanan pangan.
____
Artikel ini adalah versi ringkas yang disusun oleh tim editorial Kajian Perikanan berdasarkan artikel asli berjudul "Feed-Food Competition in Global Aquaculture: Current Trends and Prospects" karya Van Riel, A.; Nederlof, M.; Chary, K.; Wiegertjes, G.; dan De Boer, I. dari Wageningen University & Research, Belanda. Artikel lengkap, termasuk tabel dan gambar, diterbitkan pada Juni 2023 di Reviews in Aquaculture dan dapat diakses melalui DOI: 10.1111/raq.12804.
0 comments: