© nationalgeographic.grid.id |
"Dikisahkan suatu masa, Bumi mengalami kekeringan yang luar biasa. Entah ini merupakan tanda kiamat yang sudah dijanjikan oleh Tuhan ataukah kiamat “nilai” dari umat manusia itu sendiri. Terbangun oleh rasa senyap, kematian yang merajalela. Saat itu air sangat melimpah. Air selokan, sungai, danau, rawa-rawa, bahkan air laut. Dimana manusia memperhitungkan segala sesuatu, dari hal yang kecil. Tak dinyana, betapa harusnya generasi itu hancur lebur karena ulah mereka. Sebut saja Yolo, adalah pahlawan kecil dari Negri Valhala, negri yang kaya akan sumber daya airnya. Benar, hanya ada satu negri yang masih bertahan dengan air bersihnya. Air yang dapat dikonsumsi oleh semua umat manusia. Namun sayang, dari ribuan negri yang ada di Bumi, hanya tersisa satu negri yang mampu bertahan dengan senjata akhirnya. Ya, apalagi jika bukan dengan Air?. Akan tetapi, banyak dari negara lain memperebutkan sumber daya dari negri Valhalla. Sang Pahlawan kecil tersebut tak bisa bertahan diri untuk melindungi negrinya, dan akhirnya tewas dalam pertarungan yang amat sangat sengit. Mulai saat itu, Bumi pun mengalami kemusnahan masal. Air bersih hanya menjadi sebuah dongeng sebelum tidur. Ya, tidur untuk selama-lamanya."
Mengerikan
bukan? Ketika air yang menjadi kebutuhan pokok umat manusia, hanya sebatas
dongeng belaka. Cerita tersebut hanyalah gambaran kecil akan kebengisan umat
manusia itu sendiri. Sumber daya yang harusnya tak akan habis, dapat menjadi
benar-benar habis. Mari kita merefleksikan diri sejenak. Selasa
kemarin (22/3), sejak
diumumkan pada tanggal 22
Desember
1992 dalam Sidang Umum ke-47 PBB di Rio de Janeiro, Brasil tepatnya. Setiap tahunnya mulai tahun
1993, tanggal 22 Maret diperingati sebagai hari air sedunia. Sepeti tahun-tahun
sebelumnya, hari air sedunia selalu diperingati degan tema tertentu. Tema untuk
tahun 2016 ini adalah
“Water and Jobs”.
Antara
air dan pekerjaan memiliki hubungan kuat, sehingga mendapat sorotan dunia, mengingat air memiliki
peran penting menentukan pekerjaan yang layak terutama bagi kaum buruh yang
menopang pembangunan. Dikutip
dari nationalgeographic.co.id data menunjukkan, 1.5 miliar orang atau
lebih dari setengah dari jumlah kaum pekerja di dunia bekerja di bidang yang
berhubungan langsung dengan air. Ironisnya,
masyarakat pekerja juga seringnya tidak mendapat
akses yang mudah terhadap air bersih dan layak pakai.
Saya sempat iri dengan negara dunia pertama, yang di
setiap tempat terdapat fasilitas air minum gratis. Bahkan
air yang keluar dari kran mana saja halal untuk diminum. Mungkin sekarang di
Indonesia sedang diberlakukan fasilitas sedemikian rupa, namun ranahnya baru
berada pada kampus-kampus ternama, sebut saja salah satunya GMU. Kampus ternama
ini sekarang lagi gencer-gencernya memberikan fasilitas air bersih gratis siap
minum di tiap fakultasnya. Akan tetapi sangat disayangkan, pada beberapa
fakultas sedang di STOP penggunaannya karena ada kendala teknis. Semoga saja
dapat kembali normal.
Urgensi Air Bersih
Air
sangat penting bagi semua makhluk hidup. Sumber dayanya yang melimpah, namun
tidak diimbangi oleh peningkatan jumlah populasi penduduk, ditambah dengan pengelolaan
yang kurang baik. Permasalahannya adalah, ketersediaan air di planet Bumi ini semakin
langka dari tahun ke tahun dengan tingkat yang semakin mengkhawatirkan. Ini
adalah hal yang nyata di sekitar kita, mungkin aneh tapi sudah menjadi
kewajaran tersendiri. Memang Bumi ini ketika terlihat dari citera satelit, seperti
buku-buku SD hingga SMA sama semua, seperti diselimuti air berwarna kebiruan
menggoda, yaitu sekitar 97,3 persen Namun, ternyata persentase itu berupa air
laut yang tidak dapat dikonsumsi oleh manusia. Dan, hanya 3 persen yang berupa
air tawar. Pun, jumlah tersebut tidak semua langsung dapat dikonsumsi atau
diakses langsung untuk kebutuhan manusia karena terperangkap dalam bentuk
bongkahan gunung es di kutub, gletser, dan air tanah. Masalah air kerap terjadi
di sekeliling kita. Mulai dari kesehatan, kesejahteraan, ekonomi, bahkan money politic.
Semua jenis dan industri yang
berhubungan dengan air,
dituntut untuk lebih bijak dalam mengatur pengunaan air bersih serta mengurangi
pencemaran sumber air.
Lihat saja betapa mengerikannya masalah pencemaran air di negri ini. Diproyeksikan
saat ini sekitar 40 persen
penduduk Bumi yang mengalami kelangkaan air bersih dan pada tahun 2025 ada sekitar 1.8 miliar manusia yang
terpapar pada kelangkaan air absolut. Sepertiga penduduk akan terekspos stres
keberadaan air (FAO Water, 2012). Tanpa menyalahi ataupun menjatuhkan
negara-negara berkembang, tekanan paling berat terhadap kelangkaan sumber daya air akan
terjadi di kelompok negara ini,
karena masih tingginya laju kelahiran yang diperkirakan 2.1 persen per tahun, Indonesia
termasuk. Lebih khusus lagi adalah tekanan masyarakat di perkotaan yang tak
kalah mengkhawatirkan karena laju pertumbuhan penduduknya mencapai 3,5 persen disamping galaknya proyek pembangunan yang
mengikis lahan.
Hingga
saat ini, penyediaan air bersih bagi masyarakat kita masih dihadapkan pada
beberapa masalah yang kompleks, apalagi menyinggung birokrasi. Rendahnya
tingkat pelayanan air bersih kepada masyarakat masih menjadi kasus hangat yang
belum selesai dituntaskan. Contoh saja, pada tahun 2013, sekitar dua ratus juta
jiwa orang Indonesia, hanya 20 persen yang memiliki akses air bersih, sisanya
atau sekitar 80 persen masyarakat Indonesia masih mengkonsumsi air yang tidak
layak. Menurut penelitian yang telah dibuktikan oleh Jim Woodcook, seorang
konsultan masalah air dan sanitasi dari Bank Dunia, yang hasilnya cukup
mencengangkan, karena ada 100.000 bayi di Indonesia tewas tiap tahunnya yang
disebabkan oleh diare. Tentu saja penyebab utama dari penyakit tersebut ialah
buruknya akses air yang bersih serta sanitasi.
Langkah Kecil untuk Air
Kita
Sudah
sangat banyak problema pelik yang harus dihadapi masyarakat kita terkait dengan
kebutuhan air yang bersih. Menurut saya, ada 3 poin pokok yang dikatakan
sebagai masalah utama penyebab kualitas air yang buruk di Indonesia. Pertama,
masih banyak masyarakat kita kurang menyadari isu lingkungan. Kedua, dari segi
pemerntah kurang memberikan alokasi anggaran bagi masing-masing daerah yang
ditargetkan untuk meningkatkan pelayanan air bersih dan sanitasi. Terakhir
adalah yang ketiga, yaitu kurangnya penggemboran
pada media-media tentang masalah air bersih dan cara pengelolaannya.
Ada beberapa 5 tips kecil khusus untuk mahasiswa, agar menghemat penggunaan air bersih supaya dapat membantu saudara kita yang membutuhkan, diantaranya:
- Irit air jika kita mandi. Bersihkanlah tubuhmu dengan seperlunya kawan. Gunakanlah shower, jangan memakai gayung. Apabila ingin lebih hemat lagi, hari libur tidak usah mandi, cukup membersihkan badan dengan cuci muka, gosok gigi, dan semprot parfum maksimal.
- Mengurangi atau matikan kran air ketika kita mencuci tangan, menyanyi, bahkan berwudhu. Maksudnya adalah mengecilkan debit airnya, hitung-hitung sehari kita bisa irit 11 liter.
- Bagi yang suka mencuci baju sendiri, gunakan detergen sedikit saja. Gunakan sabun bio-degradable dari bahan organik, sehingga air buangan dapat dipakai ulang setelah masuk oleh sumur resapan.
- Gunakan kembali alat makan, pakaian yang tidak terlalu kotor. Jika kita sering mencuci alat makan dan pakaian, maka semakin banyaklah konsumsi air kita.
- Siram tanaman di waktu pagi hari. Karena pada siang hari, matahari akan membuat air menguap sebelum diserap. Maka dari itu, jika mempunyai tanaman, usahakan tanam sewaktu musim hujan.
Itu tadi adalah sepercik gagasan dari berbagai ide dan sumber. Sedikit sekali apa yang bisa saya sampaikan kawan. Alhasil dialektika mengenai air adalah sebuah keniscayaan. Mari, khususnya sebagai pemuda, lakukanlah perubahan sekecil apapun. Ini tanahku dan juga tanahmu. Sebagai bentuk penghormatan terhadap karya Sang Pencipta, alangkah baiknya kita merawat pemberian Tuhan sedini mungkin, karena air juga membutuhkan perhatian yang tulus. Hari air 2016 yang bertemakan Water and Jobs sekali lagi berpesan kepada semua kalangan, baik yang muda maupun tua agar senantiasa menjaga air, karena kualitas dan kuantitas air yang baik, akan terbuka jalan menuju pekerjaan yang lebih baik pula.
Salam Sahabat Air
0 comments: